MOMENT TO RECHARGE #1 “BEKAL PERJALANAN"
Bismillah
Assalamualaikum
wr.wb,
Semoga
Allah SWT berikan kita kesehatan dan keberkahan dalam setiap aktivitas.
MOMENT TO RECHARGE #1 “BEKAL
PERJALANAN”
Ust. Syatori
Alhamdulillah
‘ala kulihal bisa mengikuti kajian yang diadakan oleh KRM, menjadi inspirasi,
bahwa setiap muslimah atau Ibu berperan penting dalam perjalanan umat manusia. Ada
yang menyatakan bahwa apabila ingin menghancurkan suatu negara maka hancurkan
perempuan yang ada di negara tersebut. Ini menjadi gambaran betapa penting
peran seorang perempuan. Istilah lain yang menggambarkan pentingnya peran
perempuan ialah Al -Ummu Madrasah Al -ula
(Ibu sebagai sekolah pertama bagi anaknya), ini menjadi cambuk diri sendiri
untuk belajar dan memperbaiki diri.
Guideline
memperbaiki diri harus seperti apa sih ? inilah yang dibahas oleh Ust. Syatori dengan
jelas dan sederhana. “Apa Saja Dalam
Hidupmu, Lakukan Yang Penting Engkau Yakin Allah Suka Dan Jangan Lakukan Apapun
Dalam Hidupmu Saat Engkau Tahu Allah Tidak Suka.” Itulah bekal awal
perjalanan, perlu diberikan fondasi agar memahami mana yang Allah sukai dan Allah
tidak sukai dengan ilmu. Janji Allah SWT bagi muslim dan muslimah yang mencari
ilmu :
1.
Menuntut ilmu adalah salah satu jalan menuju
surga. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ, beliau bersabda:
“Barang siapa yang menempuh suatu jalan
untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan untuknya jalan menuju surga.” (HR
Bukhari dan Muslim).
2.
Allah ﷻ mengangkat derajat orang-orang yang
berilmu, baik di dunia maupun di akhirat, Allah ﷻ berfirman:
“Allah akan mengangkat
kedudukan orang-orang yang beriman dan diberi ilmu di antara kalian beberapa
derajat.” (QS Al Mujadilah ayat 11)
- Ilmu Akan Kekal Dan Akan
Bermanfaat Bagi Pemiliknya Walaupun Dia Telah Meninggal. Disebutkan
dalam hadits,
“Jika seorang
manusia meninggal, terputuslah amalnya, kecuali dari tiga hal: sedekah jariyah,
ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang berdoa untuknya” (HR. Muslim).
4.
Orang Yang Berilmu Akan Allah
Angkat Derajatnya. Allah Ta’ala berfirman:
“…Niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…” (QS.
Al-Mujadilah [58]: 11).
5. Imâm
asy-Syâfi’i rahimahullâh berkata dalam syairnya:
"Barangsiapa belum pernah merasakan
pahitnya menuntut ilmu walau sesaat , Ia kan menelan
hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.”
Ust. Syatori menyampaikan kisah
inspiratif tentang keutamaan mencari ilmu. Putri Sa’id Ibnu Musayyib. Pada saat
itu Abdul Malik bin Marwan menjabat
sebagai khalifah, beliau ingin meminang Putri Sa’id Ibnu Musayyib. Namun
Sa’id Ibnu Musayyib menolak pinangan itu karena takut menjerumuskan anaknya
pada gemerlap dunia. Sa’id Ibnu Musayyid sudah seminggu tidak melihat Abu
Wada’ah majlis, Abu Wada’ah mengatakan, “Aku adalah orang yang selalu
menghadiri halaqah Sa’id bin Al-Musayyib, lalu selama beberapa hari dia tidak melihatku
di majelisnya, kemudian ketika aku datang dia pun bertanya, ‘Dari mana saja
engkau?’ Aku menjawab, ‘Istriku meninggal dunia, sehingga aku pun sibuk
mengurusi jenazahnya.’
Dia bertanya lagi, ‘Lalu mengapa engkau tidak memberitahu
kami, sehingga kami pun bisa ikut menyalatkan jenazahnya?’ Kemudian ketika aku
hendak bediri meninggalkan majelisnya, dia berkata, ‘Apakah engkau sudah
berpikir menikahi wanita lain selain istrimu?’ Aku menjawab, ‘Semoga Allah
melimpahkan rahmat kepadamu. Siapakah yang mau menikahkan putrinya denganku,
sedangkan aku tidak punya apapun selain uang dua atau tiga dirham saja?’ Lalu
dia berkata, ‘Jika aku yang melakukannya, apakah engkau mau?’ Aku menjawab,
‘Ya.’
Maka dia pun memuji Allah subhanahu wa ta’ala, bershalawat atas Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan menikahkanku dengan mahar dua dirham. Kemudian dikisahkan, keesokan harinya, Abu Wada’ah
hendak keluar, maka istrinya bertanya, ‘Kemana engkau akan pergi?’ Abu Wada’ah
menjawab, ‘Ke majelis Sa’id untuk mempelajari ilmu.’ Lalu istrinya berkata,
‘Duduklah, aku akan mengajarkan kepadamu ilmunya Sa’id.’[1]
Ust. Syatori menyampaikan
bahwa seorang perempuan harus mencari
ilmu seluas-luasnya. Imam Bukhori, Imam As-Syafi’i berhasil menjadi seorang
ulama didominasi peran seorang Ibu. Bertanya kepada diri sendiri sudah sejauh
mana mempersiapkan peran seorang ibu ?
Satu kisah lagi yang
membuat diri ini menagis mendengar cerita dan malu adalah kisah Rabi’ah Ar-Ra’yi.
Seorang istri yang ditinggal pergi suaminya pergi berperang. Namun tak kunjung
pulang setelah perang selesai. Sang istri yang dititipkan harta oleh suami
senilai 500 dirham, dengan harta itu sang ibu menyekolahkan anaknya. Setwlah 30
tahun lamanya sang Ayah pulang dan menanyakan uang yang dititipkan. Keesokkan
harinya sang Ayah sholat subuh di Masjid Nabawi dan setelah sholat ada majlis dan sang ayah menanyakan
siapa yang akan mengisi kajian tersebut, dan tenyata disebut nama Rabi’ah Ar-Ra’yi.
Sang Ayah terharu mendengar nama tersebut dan sang ayah tidak menanyakan kepada
istrinya uang titipan dahulu.
Ilmu itu harus disertai adab. Bukan
hanya semangat untuk mencari ilmu harus disertai dengan sami’na wa
atho’na artinya kami dengar dan patuh. Semoga Allah kuatkan
para muslimah untuk terus mencari ilmu dan menerapkan agar menjadi Nur (Cahaya)
perjalanan kehidupan. Membangun peradaban Rabbani.

Komentar
Posting Komentar