Perjalanan #1 TWA Gunung Papandayan

 

Assalamualaikum, Wr. Wb



Oleh : Markonah Moniq

Tepat pada tanggal 27 September 2020 hari sabtu kami camping di Gunung Papandayan dengan ketinggian 2.665 mdpl. Camping tersebut sudah direncanakan 2 minggu lalu karena bentrok dengan jadwal PTS. Kami mengeser jadwal, malam harinya tanggal 26 September 2020 Ceu Odah menjadwalkan untuk esok hari berangkat dan mengajak Markonah dan Juleha. 

Keesokan pagi Markonah memastikan pada hari tersebut benar akan berangkat bukan hanya berita burung saja. Ternyata Ceu Odah dan Juleha sepakat untuk berangkat, Markonah menyakini bahwa kedua makhluk (Ceu Odah dan Julaeha) tersebut belum menyiapkan perlengkapan camping ditambah lagi harus membuat surat keterangan sehat.

Pagi hari markonah menyiapkan kompor, makanan, gas, alat dapur, alat mandi, alas / tiklip dan baju yang diperlukan. Markonah, Julaeha dan Ceu Odah saling mengirimkan pesan What’sApp untuk segera menyelesaikan persyaratan surat keterangan sehat di tempat masing-masing. Tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 09.00 WIB surat keterangan sehat belum kunjung selesai terutama Markonah yang terkendala dengan antrian berjibun di klinik. Julaeha dan Ceu Odah telah selesai dan langsung menuju Samarang untuk menjemput Markonah. 

Markonah yang masih mempersiapkan perlengkapan camping  sesegera mungkin bergegas menyusul ke mobil untuk langsung meluncur ke Cisurupan. Perjalanan pun dimulai pukul 10.15 WIB dan tiba-tiba perut Julaeha menginginkan cilok sampai akhirnya mobil me-manuver kearah Indomaret lengkap dengan emang Cilok disamping minimarket tersebut. Bukan hanya jajan cilok namun Markonah, Ceu Odah dan Julaeha jajan roti, snack bar dan air untuk keperluan di atas.

Dalam perjalanan camping pertama ini Julaeha menjadi orang yang hanya membawa tas sedangkan Markonah dan Ceu Odah membawa carrier yang berisi tenda. Pukul 11.30 WIB kami berada di tempat parkir Gunung Papandayan, mulai re-packing sehingga semua perlengkapan tidak ada yang diteng-teng. Karena Julaeha hanya membawa tas, akhirnya dibebankan untuk membawa logistic duniawi berupa timbel mamah Ceu Odah. Adzan berkumandang dan kami berbegas menunaikan sholat dzuhur di masjid.

Sebelum perjalanan menaiki Gn. Papandayan kami lapor terlebih dahulu dengan ketua rombongan adalah Julaeha. Foto menjadi kewajiban sebelum kami naik ke atas, Alhamdulillah pada hari tersebut cuaca sedang bagus dan tidak terlalu terik. Markonah, Julaeha, dan Ceu Odah berdoa untuk meminta keselamatan dan perlindungan dari Allah SWT.

Perjalanan dimulai Markonah, Julaeha dan Ceu Odah sudah terlihat kelelahan baru berjalan sekitar 10 menit dari pintu masuk. Markonah, Julaeha dan Ceu Odah sangat menikmati pemandangan alam yang luar biasa, MasyaAllah, sembari beberapa saat kami istirahat dan minum agar tidak terjadi dehidrasi. Ceu Odah yang memiliki kemampuan mempotret dengan baik ditambah Julaeha yang memiliki hand phone Vivo menjadi duet maut yang ciyamikk.

Jangan ditanya kalau Markonah pasti hasil potretnya selalu blur atau pengambilan gambar yang kurang bagus. Jalan-minum-istirahat-foto akhirnya kami di Pondok Salada dengan waktu tempuh tiga jam perjalanan. Ceu Odah memilih tempat kemah yang tidak jauh dari pos dengan kondisi samping kanan kiri terdapat pepohonan dan tidak jauh dari toilet juga mushola.

Julaeha dan Ceu Odah  mulai mengeluarkan skill memasang tenda. Tak berlangsung lama tenda pun jadi dengan tenda yang berkapasitas 3-4 orang. Tenda tersebut disponsori oleh kakak Julaeha, tak lupa kami ucapkan terimakasih. Perjalanan yang panjang membuat perut kami lapar dan membuka perbekalan timbel mamah Ceu Odah dengan menu Nasi, Tempe, ayam, kangkung dan sambel. Alhamdulillah nikmat luar biasa. Porsi yang super besar membuat kami begah dan susah untuk berpikir. Perbincangan mengenai sekolah, perkembangan anak, dan tujuan hidup menjadi pembicaraan Markonah, Ceu Odah dan Julaeha. Bersiap untuk menganti pakaian dan bersih-bersih. Markonah dan Julaeha  bergegas menuju mushola karena telah memasuki waktu adzan magrib.

Suasana Pondok Salada sudah ditutupi oleh kabut, udara dingin mulai terasa. Di sela-sela menikmati udara yang dingin kami melanjutkan aktivitas dengan membaca Al-Ma’tsurat dan murajaah surat Al-Mulk.  Ceu Odah menyampaikan sebuah nasehat kepada markonah dan Julaeha pesan tersebut adalah :

“Seorang santri sedang membersihkan aquarium gurunya, ia memandang ikan arwana merah dengan takjub...

Tak sadar gurunya sudah berada di belakangnya...

"Kamu tahu berapa harga ikan itu?". Tanya sang guru..

"Tidak tahu". Jawab si murid...

"Coba tawarkan kepada tetangga sebelah". Perintah sang guru...

Ia memfoto ikan itu dan menawarkan ke tetangga..

Kemudian kembali menghadap sang guru...

"Ditawar berapa nak?" tanya sang guru..

"50.000 Rupiah guru". Jawab si murid mantap...

"Coba tawarkan ke toko ikan hias!!". Perintah sang guru lagi..

"Baiklah guru". Jawab si murid. Kemudia ia beranjak ke toko ikan hias...

"Berapa ia menawar ikan itu?". Tanya sang guru..

"800.000 Rupiah guru". Jawab si murid dengan gembira, ia mengira sang guru akan melepas ikan itu...

"Sekarang coba tawarkan ke Si Fulan, bawa sertifikat ini sebagai bukti bahwa ikan itu sudah pernah ikut lomba". Perintah sang guru lagi..

"Baik guru". Jawab si murid. Kemudian ia pergi menemui si Fulan yang dikatakan gurunya. Setelah selesai, ia pulang menghadap sang guru.

"Berapa ia menawar ikannya?".

"50 Juta Rupiah guru"...

Ia terkejut sendiri menyaksikan harga satu ikan yang bisa berbeda-beda...

"Nak, aku sedang mengajarkan kepadamu bahwa kamu hanya akan dihargai dengan benar ketika kamu berada di lingkungan yang tepat...".

"Oleh karena itu, jangan pernah kamu tinggal di tempat yang salah lalu marah karena tidak ada yang menghargaimu...

Mereka yang mengetahui nilai kamu itulah yang akan selalu menghargaimu..

Kita semua adalah orang biasa dalam pandangan orang-orang yang tidak mengenal kita.

Kita adalah orang yang menarik di mata orang yang memahami kita.

Kita istimewa dalam penglihatan orang-orang yang mencintai kita.

Kita adalah pribadi yang menjengkelkan bagi orang yang penuh kedengkian terhadap kita.

Kita adalah orang-orang jahat di dalam tatapan orang-orang yang iri akan kita.

Pada akhirnya, setiap orang memiliki pandangannya masing masing, maka tak usah berlelah-lelah agar tampak baik di mata orang lain.

Cukuplah dengan ridha Allah bagi kita, sungguh mencari ridha manusia adalah tujuan yang takkan pernah tergapai.

Sedangkan Ridha Allah, destinasi yang pasti sampai, maka tinggalkan segala upaya mencari keridhaan manusia, dan fokus saja pada ridha Allah .

(Sumber : Copas Tsabit Ali Haq)

Dari cerita di atas markonah dapat menarik kesimpulan bahwa ridho Allah adalah tujuan yang pasti dan tidak akan pernah salah ketika manusia berharap kepada Allah SWT. Semoga Markonah, Ceu Odah dan Julaeha bisa mengambil pelajaran berharga tersebut.

            Pop Mie dan kopi sudah memanggil Markonah, Ceu Odah dan Julaeha, akhirnya Markonah membuka alat tempur gas, panci dan kompor. Sembari menunggu api dan suara air “bluk…bluk…bluk” Ceu Odah dan Jauleha disibukan dengan membuka pop mie dan kopi.

 Yeayy… berhasil memasak dengan kompor mini penuh kesabaran yang extra. Episode makan malam sudah selesai dilanjutkan dengan membersihkan alat tembur dan bersiap untuk ke WC. Jam menunjukan pukul 20.00 WIB plan selanjutnya adalah sharing mengenai masa depan, hingga pukul 22.30 WIB lalu menutup hari dengan tidur.

Perlengkapan sleeping bag, jaket, selimut, sarung tangan dan kaos kaki menjadi sahabat guna menghalau dinginnya Gunung Papandayan. Ternyata tidak semudah itu tidur di gunung,  setiap satu jam kita terbangun entah itu karena suara berisik dari tenda tetangga, datang babi hutan yang tak diundang atau hujan sampai air masuk ke pinggir-pinggir tenda. Diantara kami sepertinya Julaeha yang tidurnya nyenyak.

 Dan yang paling diingat oleh markonah diperjalanan kali ini adalah Ceu Odah yang tidak berhenti membuang angin di tenda, bisa mencapat 20 kali setiap angin yang keluar dengan 2 kali repetisi. Jumlah tersebut adalah jumlah yang terhitung selebihnya yang sembunyi-sembunyi tidak dapat diperediksi. J

Bercerita tentang Markonah yang dipasang gigi palsu pada hari jumat ternyata menyiksa sepanjang jalan gesekan gusi asli dan gusi palsu seakan akan mengeluarkan api, bukan hanya api yang keluar tapi pengucapan r dan l sudah tidak jelas layaknya seperti pengucapan orang asing dengan logat sunda. Gigi palsu yang menemani tidur membuat markonah terbangun karena sakit gigi seolah-olah gigi akan rontok semuan, makan pun tidak banyak kunyahan, yang disyukuri tidak terjadinya keributan di tenggorokan.

            Pukul 4.30 Julaeha dan Markonah mempersiapkan untuk ke WC dan sholat Subuh. Udara dan cuaca yang dingin membuat tubuh kami menciut dan memasukan lengan ke jaket. Ketika wudhu ada kucing kecil yang menunggu sampai solat subuh selesai. Kucing tersebut oleh Julaeha diberi nama Dede dan Markonah memberi nama Cutiez.

Selang waktu yang ada Markonah menyiapkan sarapan pagi dengan menu mie dan roti. Sebelum menyantap makanan pagi Markonah berusaha melepas gigi palsu yang itu rasanya hmmmmm kaya jadi iron man. Ikan hiu minum susu cukup sekalian gigi palsu.

Pagi tanggal 28 September 2020 terasa dingin dan kabut tidak jua menghilang. Dilanjutkan dengan ngobrol, main candy crush dan main bentuk karakter Markonah, Ceu Odah, dan Julaeha. Untuk mempercepat waktu packing markonah, ceu odah dan Julaeha bergantian ke WC sehingga tepat pukul 09.30 kami meninggalkan Pondok Salada lalu bergegas untuk melihat Bunga Edelweiss yang sungguh cantik.

Kita menempuh jalan untuk pulang melalui hutan mati. Jam menunjukan pukul 11.40 WIB dan melanjutkan untuk menunaikan sholat. Alhamdulillah turun dalam keadaan selamat tanpa kekurangan satu apapun.

Perjalanan ini membawa pelajaran berharga, membawa sejuta cerita tentang masa depan, dan yang paling utama adalah menambah keyakinan kita kepada Allah SWT. Tak ada daya dan upaya selain kita meminta pertolongan kepada Allah SWT. –Markonah

-------------

Terimakasih    : Ceu Veronica Odah, Julaeha Caroline

Editor              : Ceu Edoh Arabella

-------------

HTM Camping  Rp. 65.000    

Bensin berupa solar dari Tarogong Kaler-Gn. Papandayan dan sebaliknya Rp. 40.000

-------------

Estimasi hiking dengan tujuan pondok salada kurang lebih 2 jam + 1 jam (foto dan istirahat)

--------------

Garut, 08 Oktober 2020

https://drive.google.com/file/d/1LDJtOo-0XvKM5Vn9o2T3aSJPxm5pFhb2/view?usp=drivesdk

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

#Resensi Buku “You Do You” Discovering Life Through Experiments & Self-Awareness

Moment To Recharge 3 #PERAN-PERAN MUSLIMAH

Perjalanan #2 Gunung Putri, Garut